drg. Retnowati, M.Kes; Kewaspadaan Dini Menghadapi Perubahan Musim
Perubahan iklim pada suatu daerah selalu berdampak pada prilaku, gaya hidup serta pola konsumtif masyarakat. Terkait kesehatan masyarakat perubahan iklim turut berkontribusi pada peningkatan penyakit seperti ISPA, migrain, influenza, demam berdarah (DBD), dan diare di Kota Kupang, terutama karena cuaca ekstrem (panas menyengat dan angin kencang) selanjutnya akan meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular dan mempengaruhi hidrasi serta kebersihan lingkungan. Kelembapan udara terbukti memengaruhi kejadian penyakit berbasis vektor nyamuk, sementara kondisi panas dan angin kencang juga berpotensi memicu penyakit pernapasan dan hidrasi yang buruk.
Penyakit menulr yang dipengaruhi klim melalui Udara, cuaca ekstrem dan angin kencang dapat mempermudah penularan penyakit seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan influenza; sedangkan penyakit berbasis vektor Nyamuk pada perubahan iklim, khususnya kelembapan udara, berpengaruh pada peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan penyakit berbasis vektor nyamuk lainnya. Penyakit ikutan dari lingkungan yang kurang bersih yakni diare juga diakibatkan oleh faktor iklim dan ketersediaan air bersih di Kota Kupang, dan penyakit diare masih menjadi salah satu dari sepuluh penyakit terbesar di kota ini. Dari catatan media ini penyakit Migran juga dipicu oleh adanya cuaca ekstrem yang tidak menentu serta meningkatkan kasus migrain. Kondisi panas yang tinggi dan angin kencang dapat menjadi media penyebaran penyakit menular melalui udara. Selain itu masyarakat juga dapat mengalami dehidrasi dan hidrasi: Masyarakat harus mengkonsumsi air minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi apalagi di musim kemarau panjang. Faktor kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan yang bersih dan sehat adalah penting sebab dengan demikian kita dapat mencegah berbagai penyakit dari variasi perubahan iklim termasuk adanya kelembaban udara yang juga turut berpengaruh pada perkembangan sektor nyamuk yang menularkan berbagai penyakit termasuk penyakit DBD. Apa langkah pencegahannya, Dari percakapan lepas media ini dengan kadis Kesehatan kota Kupang drg.Retnowati, M.Kes diruang kerjanya pada Senin 6/8 perlu menjadi catatan bersama dalam mensiasati problem kesehatan masyarakat di musim kemarau yakni: Dengan upaya Pencegahan dan Penanganan yakni sosialisasi kesehatan perlu dan terus dilakukan dinas Kesehatan perlu gencar melakukan sosialisasi pola hidup sehat dan kebersihan lingkungan. Selain itu meningkatkan konsumsi air minum bersih dan sehat yang banyak. Menjaga pola makan dan olahraga yang teratur juga penting untuk menjaga kesehatan saat kondisi iklim berubah-ubah dan tidak menentu.
(Kadis Kesehatan Kota Kupang)
Menurut drg. Retnowati, M.Kes (Kadis Kota Kupang) bahwa yang prosentasi besar semakin berkurangnya kasus demam berdarah oleh karena virus DBD adalah penyakit malaria ini disebabkan oleh karena adanya program pembiakan nyamuk wolbachia. (Pengembangan nyamuk melibatkan infeksi bakteri wolbachia kedalam telur nyamuk Aedes aegypti untuk mencegah menularnya Virus demam berdarah; red). Nyamuk wolbachia disebarkan 80-90% dan hasilnya potensi demam berdarah makin berkurang. Bahkan Dinas Kesehatan Kota Kupang meraih prestasi nasional menjadi peringkat ke-5 sukses mengembangkan nyamuk wolbachia dan berdampak pada menurunnya angka penyakit malaria di.kota ini.Jadi tidak ada potensi KLB yang ada hanya kewaspadaan saja. Kasus diare diakui Kadiskes kota Kupang sejak bulan Juli-September sedikit meningkat minggu ke-29 s/d 39.
Himbauan kewaspadaan dini, telah di sampaikan kepada setiap Puskesmas dan diharapkan dapat segera mengadakan penyelidikan epidemiologi pada setiap kasus, blaster dan berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dan dilakukan didominasi informasi melalui bulletin sistim kewaspadaan dini ke daerah terhadap lintas sektor secara rutin setiap minggu sebagai bahagian dari tanggung jawab tugas Surveillance Puskesmas. Kemudian meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penularan virus yang ditularkan melalui hewan tikus yakni Leptospirosis dan Hantavirus. (Leptospirosis adalah infeksi bakteri yang ditularkan melalui urine tikus, sementara Hantavirus adalah infeksi virus yang menyebar melalui kontak dengan feses, urine, atau liur tikus yang terkontaminasi: red); Menurut drg.Retniwati jangan pelihara tikus di rumah oleh karena urene atau fesesnya tikus dan air liburnya berbahaya jika kita terkontaminasi.
drg. Retnowati, M.Kes (Kadis Kesehatan Kota Kupang) mengucapkan terimakasih Banyak kepada media ini yang telah berdiskusi bersama disini,Kiranya bermanfaat hasil diskusi ini dalam meliterasi serta mengedukasi masyarakat kota Kupang agar semakin baik tingkat kesehatan dan kesejahteraannya.* Vhe5eryputlynd.doc.Okt.25.

